Donnerstag, 31. Mai 2007

Perjalanan malam suamiku

Perjalanan malam suamiku

Dalam sebuah perjalanan,menyusuri Jerman utara,
berkereta di tengah malam,Magdeburg dan Cottbus”

Syair diatas adalah gubahan dari sebuah nasyid yang dibawakan oleh saudara persaudaraan, dan bercerita tentang sebuah perjalanan malam antara Magdeburg dan cottbus. Ya,hampir setiap minggu malam suamiku harus balik lagi kecottbus. Adalah sebuah rutinitas sejak 2 tahun ini, sabtu siang tiba di Magdeburg dan harus balik lagi ahad jam 9 malam.Sampai di cottbus biasanya sudah senin dini hari.
Sebelumnya memang aku keberatan dengan kepindahanku ke Magdeburg ini.Padahal tadinya aku hanya ingin menemani study suamiku sampai selesai.Tapi bukanlah suamiku yang membiarkanku tanpa peningkatan wawasan maupun ilmu pengetahuan. Dan sejak diterimanya aku di fakultas kedokteran universitas Magdeburg, maka berarti sejak itu pulalah aku harus pindah meninggalkan cottbus dan membiarkan suamiku sendiri dalam hari-harinya. Hal itu bukanlah másalah baginya,katanya. Di tanah air nanti adalah waktunya beramal, disini waktu kita mencari ilmu dan pengalaman sebanyak-banyaknya, demikian suamiku selalu bilang untuk menyemangatiku manakala aku mengutarakan rasa bersalahku karena menyebabkan aku dan suamiku harus berpisah kota.Yah sekarang ternyata hampir 2 tahun, dan selama itu pulalah perjalanan cottbus Magdeburg dan Magdeburg-cottbus sudah menjadi agenda akhir pekan suamiku.
Kadangkala kerinduan untuk bersama seperti dulu mengusikku,yang tentu saja itu sedikit mengganggu konsentrasiku. Tapi kemudian kembali aku berpikir,bahwa suamiku telah berkorban harus bolak-balik perjalanan tiap sabtu dan minggu,kalau aku tidak serius belajar maka itu akan sangat membuat suamiku kecewa.
Suka duka dalam kondisi seperti ini kami nikmati sebagai romantika perjalanan hidup kami. Justru terkadang kondisi ini membuat kami selalu mesra karena mungkin tidak ada waktu yang ingin kami buang hanya untuk bersitegang.Tentunya sedikit riak perbedaan pendapat dan lain sebagainya tetap ada, tapi itu adalah bumbu sebuah perjalanan cinta.Walaupun kondisi kami terpisah seperti ini,alhamdulillah komunikasi diantara kami tetap lancar yang tentu saja membuat tagihan telpon tiap bulannya selalu diatas budget.Namun mungkin itu adalah cara kami untuk mengganti frekuensi intensitas pertemuan kami. Jangan sampai karena hendak menghemat pulsa telpon tapi justru membuat kami kehilangan kesempatan untuk berbagi,bercerita dan bercanda.Perjalanan tiap pekan pun tentunya membuat biaya transportasi cukup besar, namun perjuangan itu selalu butuh pengorbanan,demikian suamiku selalu bilang.
Alhamdulillah suamiku sering memanfaatkan waktu dijalan tersebut untuk memenuhi target tilawah hariannya,atau kadang menulis laporan yang harus dikerjakan. “padahal kalo di rumah belum tentu abang bisa menyelesaikan tulisan ini. Alhamdulillah justru di jalan malah bisa”, demikian cerita suamiku. Alhamdulillah,perjalanannya bukanlah perjalanan yang hanya dilewati dengan bengong, tidur ataupun ngobrol yang tidak bermanfaat,meskipun kalau kelelahan biasanya suamiku bisa istirahat memejamkan mata di bangku kereta.Untungnya lagi,kereta di jerman ini sangat kondusif bagi penumpangnya untuk membaca,belajar,mengetik di laptop,ataupun untuk istirahat.”Nyaman”,demikian yang bisa saya simpulkan.
Meskipun sangat ramai dan sedikit menyeramkan manakala harus satu gerbong ataupun satu kereta dengan pasukan supporter sepakbola. Mereka terkadang menyanyi dengan suara yang sangat keras, hampir satu kereta dipastikan bisa mendengarnya. Yel-yel yang mereka teriakkan dan botol-botol bir yang mereka bawa sampai berkrat-krat,adalah pemandangan biasa ketika musim kompetisi bola tiba.Alhamdulillah,sampai detik ini Alloh selalu memberi kemudahan suamiku melewati perjalanan malamnya. Meskipun aku selalu khawatir,karena sampai cottbus sudah dinihari.Dan cottbus adalah kota yang masih cukup banyak penduduknya yang masih belum menyukai ausländer/orang asing. Biasanya aku belum bisa memicingkan mataku sampai terdengar bunyi telpon dari suamiku yang mengabarkan dia sudah sampai dirumah dengan selamat. Sesudah itu,barulah aku bisa tidur dengan tenang.
Senin pagi,biasanya aku akan ekstra telpon pagi-pagi untuk membangunkan suamiku untuk sholat shubuh,karena biasanya karena terlalu lelah dan tidur dini hari bisa menyebabkan suamiku terlambat bangun.Alhamdulillah,aku selalu bersyukur pada Alloh yang telah menganugrahkan padaku seorang suami seperti suamiku. Tidak banyak yang ingin kuceritakan,karena semua itu biarlah hanya menjadi catatanku saja,yang tercatat rapi di kalbu ini. Akhirnya,semoga perjalanan-perjalanan malam suamiku bernilai ibadah dihadapan-Nya. Amin

Magdeburg,20.09.05

Keine Kommentare: