Seit Juni 2007, Alhamdulillah, arbeitet mein Mann bei BAM in Berlin. Und seitdem, mussten wir natürlich in Berlin wohnen. Und immer Alhamdulillah, in dieser Zeit war mein Praxisjahr schon fast fertig,damit ich auch nach Berlin umziehen konnte. Wir wohnen in eine Wohnung, die nicht weit von unsere Mösche i.d Perlebergerstr.
Bis jetzt sind wir schon 5 Monate hier. Viele Neuegkeiten haben wir erfahren.
Früher, in Magdeburg fanden wir nicht so viel Aktivitäten mit indonesische Leute., weil dort indoensische Leute auch nicht viel sind, deshalb haben wir viele Freunde von andere Länder haben. Aber hier in Berlin, fast jedentag (kann man so sagen) nur mit indonesische Leute treffen und Aktivitäten zusammen machen. Vor allem in unserem Masjid.
Mittwoch vor Mittag treffen wir,die Frauen, im Masjid um unsere QuranLesen besser zu machen und auch miteinander Rat/Empfehlung geben,damit wir besser leben konnen (Leben in Berlin,in jetzige Zeit und nacherige Zeit). Usw..usw..usw.
To be continued.........
Dienstag, 20. November 2007
Donnerstag, 31. Mai 2007
Erinnerung an Cottbus
Wenn ich das Foto sehe, errinere mich an die Zeit, als wir noch in Cottbus waren.
Ein Jahr war ich in Cottbus,um mein Mann zu begleiten.
'Sate', das wir gegesen haben, so.....lecker ,lecker und lecker...
Ich dachte, es wäre zum ersten Mal ,haben wir so ganz leckere Sate gegesen haben.
Weiss du was...? Ich habe das gemacht. Alhamdulillah.
Privat Rezept euy...
Ein Jahr war ich in Cottbus,um mein Mann zu begleiten.
'Sate', das wir gegesen haben, so.....lecker ,lecker und lecker...
Ich dachte, es wäre zum ersten Mal ,haben wir so ganz leckere Sate gegesen haben.
Weiss du was...? Ich habe das gemacht. Alhamdulillah.
Privat Rezept euy...
Renungan harian suami istri
Renungan harian
1.Sudahkah hari ini anda mengucapkan terimakasih buatsuami/istri anda?
2.Sudahkah anda membiasakan untuk meminta maaf manakalaberlaku salah terhadap istri/suami anda?
3.Sudahkah anda para suami bersyukur terhadap masakan yangistri anda hidangkan?
4.Sudahkah anda para istri menyambut kepulangan suamidengan senyum penuh syukur?
Kalau belum...mari kira secepatnya mengerjakannya.Karena biasanya hal-hal tersebut terkadang membuat suhurumahtangga menjadi memanas.
(alhamdulillah Dia telah memberiku seorang suami yangselalu mengucap terimakasih atas segala sikapku yangmenyenangkannya dan selalu mengucap maaf atas segalasikapnya yang tidak menyenangkanku)
1.Sudahkah hari ini anda mengucapkan terimakasih buatsuami/istri anda?
2.Sudahkah anda membiasakan untuk meminta maaf manakalaberlaku salah terhadap istri/suami anda?
3.Sudahkah anda para suami bersyukur terhadap masakan yangistri anda hidangkan?
4.Sudahkah anda para istri menyambut kepulangan suamidengan senyum penuh syukur?
Kalau belum...mari kira secepatnya mengerjakannya.Karena biasanya hal-hal tersebut terkadang membuat suhurumahtangga menjadi memanas.
(alhamdulillah Dia telah memberiku seorang suami yangselalu mengucap terimakasih atas segala sikapku yangmenyenangkannya dan selalu mengucap maaf atas segalasikapnya yang tidak menyenangkanku)
sosok tegar itu...
Sosok manusia yang sangat berpengaruh buatku, disamping suamiku, beliau adalah manusia tegar yang telah melahirkanku.
Berbagai deraan kehidupan begitu tegar beliau hadapi. Meski dengan kesusahan, kesulitan ekonomi beliau tetap yakin insyaalloh tiap anak membawa rezekinya masing-masing.
Berbagai deraan kehidupan begitu tegar beliau hadapi. Meski dengan kesusahan, kesulitan ekonomi beliau tetap yakin insyaalloh tiap anak membawa rezekinya masing-masing.
sayang........
sayang...
kata itu yang senantiasa terdengar, yang keluar dari lisan suamiku
kata itu pula yang membuat hatiku selalu berbunga dan mata yang bersinar
kata itu yang senantiasa terdengar, yang keluar dari lisan suamiku
kata itu pula yang membuat hatiku selalu berbunga dan mata yang bersinar
aku
Aku hanyalah manusia biasa, dilahirkan dari orangtua yang juga biasa. Namun ada yang luarbiasa yang bisa kutemukan sepanjang perjalanan hidupku selama ini.
Yang kurasakan keluarbiasaan itu adalah karunia dari yang Maha.
Dari 9 bersaudara,ditengah keluarga yang boleh dikatakan sangat sederhana, aku dibesarkan. Keduaorangtuaku adalah guru SD, dan kemudian menjadi kepala SD sampai pensiun.
Mungkin bisa dibayangkan, berapa dan bagaimana kami bisa hidup dengan penghasilan guru SD yang membiayai 9 orang anak? Itulah keluarbiasaan yang diberikan Dia yang Maha.
Setamat SD, dengan predikat terbaik, Alhamdulillah aku bisa meneruskan disalah satu SMP negeri favorit di kecamatanku. Pun ku lalui masa SMP ku dengan prestasi karunia-Nya. Kembali aku berhasil menamatkan studi lanjutanku ini dengan predikat terbaik.Alhamdulillah.
Dan akhirnya menghantarkanku ke SMA favorit juga di kabupatenku...dan kembali Alloh masih memberikan kemudahan padaku, walau bukan yang terbaik se SMA , di kelas aku masih menjadi yang terbaik...dan akupun masuk ke universitas negeri di Ibukota propinsi tanpa test, alias PPSB. Ku arungi masa kuliahku di fakultas yang menjadi rebutan banyak orang, fakultas kedokteran. Alhamdulillah.
Di sini pula aku mendapatkan kemudahan dari-Nya untuk mengenakana pakaian muslimah yang Ia wajibkan, walaupun sejak SMA sudah pernah kuutarakan pada kedua oarngtuaku,bahwa aku ingin mengenakanannya, namun pada saat itu mereka belum berkenan.
Kegiatan dan aktivitas di kampusku aku coba ikuti, terutama yang bernuansa keislaman,sangat aku senangi.Aku sangat menikmati hari-hariku yang kulalui dengan kesibukan kuliah, taklim, TPA dan kegiatan masjid Asy-syifa, satu-satunya masjid di kompleks Rumahsakit dan kompleks kampus kedokteran. MAsjid itu adalah tempat saya dan teman-teman berlatih organisasi, menambah keislaman dan tempat saya menimba ilmu dakwah. Alhamdulillah.
Ada satu hal yang paling saya ingat dalam perjuangan dibangku kuliah, bukan perjuangan berkutat dengan buku,diktat,praktikum dan ujian, tetapi perjuangan memperjuangkan agar kami muslimah bisa mengenakan pakaian yang sesuai dengan aturan islam di ruang operasi. Subhanalloh, kami kumpulkan uang dan kemudian dibelikan kain sampai menjadi baju yang kami idamkan. Semuanya tentu saja tidak berjalan selancar yang kami harapkan. Rintangan datang dari beberapa arah. Namun alhamdulillah...sampai selesai saya praktikum di RS, saya bisa merasakan buah perjuangan tersebut.
Sebelum mendapatkan ijasah dokter, saya sudah mendapatkan pengalaman langsung menangani pasien di balaipengobatan yang didirikan oleh teman2x. Dan ketika ijasah ditangan, langsung aku bisa mempraktekkan ilmuku didunia kerja. Akupun bisa sedikit membantu adikku yang saat itu juga kuliah di semarang.
Tak berapa lama kemudian, saya mendapatkan kesempatan untuk PTT, disuatu tempat yang masih asing bagi saya. Saat itu terusterang saja, saya agak khawatir karena daerah dimana saya harus PTT terkenal daerah merah. Ternyata Alloh mendengar kekhawatiran saya. Sepulang saya dari pratugas, saya mendapat kabar bahwa ada seseorang yang istimewa yang ingin menjadikan saya sebagai pendampingnya. Sebuah kabar yang cukup menyenangkan. Dan setelah istikhorohku mantap dan keluarga saya dan keluarga beliau pun setuju, maka kurang lebih 2 bulan dari kabar tersebut, berlangsunglah sebuah akad yang tidak bisa terlupakan. Alhamdulillah...ternyata saya mendapatkan seorang suami yang begitu istimewa.
Tahun ketiga pernikahanku, aku dengan maksud menemani, pergilah aku ke sebuah negeri yang cukup jauh dari kampung halaman, negeri dimana suamiku mendapatkan beasiswa S2 dan S3nya. Dan negeri dimana akhirnya saya pun bisa menambah pengetahuanku dibidang kedokteran. Yah..walaupun lulusnya nanti aku mendapatkan gelar yang sama dengan gelar ku dulu, tapi paling tidak ada sedikit kebahagiaan bahwa aku bisa menyandingkan 2 gelar yang sama dari 2 negara yang berbeda. Insyaalloh.
Yang kurasakan keluarbiasaan itu adalah karunia dari yang Maha.
Dari 9 bersaudara,ditengah keluarga yang boleh dikatakan sangat sederhana, aku dibesarkan. Keduaorangtuaku adalah guru SD, dan kemudian menjadi kepala SD sampai pensiun.
Mungkin bisa dibayangkan, berapa dan bagaimana kami bisa hidup dengan penghasilan guru SD yang membiayai 9 orang anak? Itulah keluarbiasaan yang diberikan Dia yang Maha.
Setamat SD, dengan predikat terbaik, Alhamdulillah aku bisa meneruskan disalah satu SMP negeri favorit di kecamatanku. Pun ku lalui masa SMP ku dengan prestasi karunia-Nya. Kembali aku berhasil menamatkan studi lanjutanku ini dengan predikat terbaik.Alhamdulillah.
Dan akhirnya menghantarkanku ke SMA favorit juga di kabupatenku...dan kembali Alloh masih memberikan kemudahan padaku, walau bukan yang terbaik se SMA , di kelas aku masih menjadi yang terbaik...dan akupun masuk ke universitas negeri di Ibukota propinsi tanpa test, alias PPSB. Ku arungi masa kuliahku di fakultas yang menjadi rebutan banyak orang, fakultas kedokteran. Alhamdulillah.
Di sini pula aku mendapatkan kemudahan dari-Nya untuk mengenakana pakaian muslimah yang Ia wajibkan, walaupun sejak SMA sudah pernah kuutarakan pada kedua oarngtuaku,bahwa aku ingin mengenakanannya, namun pada saat itu mereka belum berkenan.
Kegiatan dan aktivitas di kampusku aku coba ikuti, terutama yang bernuansa keislaman,sangat aku senangi.Aku sangat menikmati hari-hariku yang kulalui dengan kesibukan kuliah, taklim, TPA dan kegiatan masjid Asy-syifa, satu-satunya masjid di kompleks Rumahsakit dan kompleks kampus kedokteran. MAsjid itu adalah tempat saya dan teman-teman berlatih organisasi, menambah keislaman dan tempat saya menimba ilmu dakwah. Alhamdulillah.
Ada satu hal yang paling saya ingat dalam perjuangan dibangku kuliah, bukan perjuangan berkutat dengan buku,diktat,praktikum dan ujian, tetapi perjuangan memperjuangkan agar kami muslimah bisa mengenakan pakaian yang sesuai dengan aturan islam di ruang operasi. Subhanalloh, kami kumpulkan uang dan kemudian dibelikan kain sampai menjadi baju yang kami idamkan. Semuanya tentu saja tidak berjalan selancar yang kami harapkan. Rintangan datang dari beberapa arah. Namun alhamdulillah...sampai selesai saya praktikum di RS, saya bisa merasakan buah perjuangan tersebut.
Sebelum mendapatkan ijasah dokter, saya sudah mendapatkan pengalaman langsung menangani pasien di balaipengobatan yang didirikan oleh teman2x. Dan ketika ijasah ditangan, langsung aku bisa mempraktekkan ilmuku didunia kerja. Akupun bisa sedikit membantu adikku yang saat itu juga kuliah di semarang.
Tak berapa lama kemudian, saya mendapatkan kesempatan untuk PTT, disuatu tempat yang masih asing bagi saya. Saat itu terusterang saja, saya agak khawatir karena daerah dimana saya harus PTT terkenal daerah merah. Ternyata Alloh mendengar kekhawatiran saya. Sepulang saya dari pratugas, saya mendapat kabar bahwa ada seseorang yang istimewa yang ingin menjadikan saya sebagai pendampingnya. Sebuah kabar yang cukup menyenangkan. Dan setelah istikhorohku mantap dan keluarga saya dan keluarga beliau pun setuju, maka kurang lebih 2 bulan dari kabar tersebut, berlangsunglah sebuah akad yang tidak bisa terlupakan. Alhamdulillah...ternyata saya mendapatkan seorang suami yang begitu istimewa.
Tahun ketiga pernikahanku, aku dengan maksud menemani, pergilah aku ke sebuah negeri yang cukup jauh dari kampung halaman, negeri dimana suamiku mendapatkan beasiswa S2 dan S3nya. Dan negeri dimana akhirnya saya pun bisa menambah pengetahuanku dibidang kedokteran. Yah..walaupun lulusnya nanti aku mendapatkan gelar yang sama dengan gelar ku dulu, tapi paling tidak ada sedikit kebahagiaan bahwa aku bisa menyandingkan 2 gelar yang sama dari 2 negara yang berbeda. Insyaalloh.
Perjalanan malam suamiku
Perjalanan malam suamiku
“Dalam sebuah perjalanan,menyusuri Jerman utara,
berkereta di tengah malam,Magdeburg dan Cottbus”
Syair diatas adalah gubahan dari sebuah nasyid yang dibawakan oleh saudara persaudaraan, dan bercerita tentang sebuah perjalanan malam antara Magdeburg dan cottbus. Ya,hampir setiap minggu malam suamiku harus balik lagi kecottbus. Adalah sebuah rutinitas sejak 2 tahun ini, sabtu siang tiba di Magdeburg dan harus balik lagi ahad jam 9 malam.Sampai di cottbus biasanya sudah senin dini hari.
Sebelumnya memang aku keberatan dengan kepindahanku ke Magdeburg ini.Padahal tadinya aku hanya ingin menemani study suamiku sampai selesai.Tapi bukanlah suamiku yang membiarkanku tanpa peningkatan wawasan maupun ilmu pengetahuan. Dan sejak diterimanya aku di fakultas kedokteran universitas Magdeburg, maka berarti sejak itu pulalah aku harus pindah meninggalkan cottbus dan membiarkan suamiku sendiri dalam hari-harinya. Hal itu bukanlah másalah baginya,katanya. Di tanah air nanti adalah waktunya beramal, disini waktu kita mencari ilmu dan pengalaman sebanyak-banyaknya, demikian suamiku selalu bilang untuk menyemangatiku manakala aku mengutarakan rasa bersalahku karena menyebabkan aku dan suamiku harus berpisah kota.Yah sekarang ternyata hampir 2 tahun, dan selama itu pulalah perjalanan cottbus Magdeburg dan Magdeburg-cottbus sudah menjadi agenda akhir pekan suamiku.
Kadangkala kerinduan untuk bersama seperti dulu mengusikku,yang tentu saja itu sedikit mengganggu konsentrasiku. Tapi kemudian kembali aku berpikir,bahwa suamiku telah berkorban harus bolak-balik perjalanan tiap sabtu dan minggu,kalau aku tidak serius belajar maka itu akan sangat membuat suamiku kecewa.
Suka duka dalam kondisi seperti ini kami nikmati sebagai romantika perjalanan hidup kami. Justru terkadang kondisi ini membuat kami selalu mesra karena mungkin tidak ada waktu yang ingin kami buang hanya untuk bersitegang.Tentunya sedikit riak perbedaan pendapat dan lain sebagainya tetap ada, tapi itu adalah bumbu sebuah perjalanan cinta.Walaupun kondisi kami terpisah seperti ini,alhamdulillah komunikasi diantara kami tetap lancar yang tentu saja membuat tagihan telpon tiap bulannya selalu diatas budget.Namun mungkin itu adalah cara kami untuk mengganti frekuensi intensitas pertemuan kami. Jangan sampai karena hendak menghemat pulsa telpon tapi justru membuat kami kehilangan kesempatan untuk berbagi,bercerita dan bercanda.Perjalanan tiap pekan pun tentunya membuat biaya transportasi cukup besar, namun perjuangan itu selalu butuh pengorbanan,demikian suamiku selalu bilang.
Alhamdulillah suamiku sering memanfaatkan waktu dijalan tersebut untuk memenuhi target tilawah hariannya,atau kadang menulis laporan yang harus dikerjakan. “padahal kalo di rumah belum tentu abang bisa menyelesaikan tulisan ini. Alhamdulillah justru di jalan malah bisa”, demikian cerita suamiku. Alhamdulillah,perjalanannya bukanlah perjalanan yang hanya dilewati dengan bengong, tidur ataupun ngobrol yang tidak bermanfaat,meskipun kalau kelelahan biasanya suamiku bisa istirahat memejamkan mata di bangku kereta.Untungnya lagi,kereta di jerman ini sangat kondusif bagi penumpangnya untuk membaca,belajar,mengetik di laptop,ataupun untuk istirahat.”Nyaman”,demikian yang bisa saya simpulkan.
Meskipun sangat ramai dan sedikit menyeramkan manakala harus satu gerbong ataupun satu kereta dengan pasukan supporter sepakbola. Mereka terkadang menyanyi dengan suara yang sangat keras, hampir satu kereta dipastikan bisa mendengarnya. Yel-yel yang mereka teriakkan dan botol-botol bir yang mereka bawa sampai berkrat-krat,adalah pemandangan biasa ketika musim kompetisi bola tiba.Alhamdulillah,sampai detik ini Alloh selalu memberi kemudahan suamiku melewati perjalanan malamnya. Meskipun aku selalu khawatir,karena sampai cottbus sudah dinihari.Dan cottbus adalah kota yang masih cukup banyak penduduknya yang masih belum menyukai ausländer/orang asing. Biasanya aku belum bisa memicingkan mataku sampai terdengar bunyi telpon dari suamiku yang mengabarkan dia sudah sampai dirumah dengan selamat. Sesudah itu,barulah aku bisa tidur dengan tenang.
Senin pagi,biasanya aku akan ekstra telpon pagi-pagi untuk membangunkan suamiku untuk sholat shubuh,karena biasanya karena terlalu lelah dan tidur dini hari bisa menyebabkan suamiku terlambat bangun.Alhamdulillah,aku selalu bersyukur pada Alloh yang telah menganugrahkan padaku seorang suami seperti suamiku. Tidak banyak yang ingin kuceritakan,karena semua itu biarlah hanya menjadi catatanku saja,yang tercatat rapi di kalbu ini. Akhirnya,semoga perjalanan-perjalanan malam suamiku bernilai ibadah dihadapan-Nya. Amin
Magdeburg,20.09.05
“Dalam sebuah perjalanan,menyusuri Jerman utara,
berkereta di tengah malam,Magdeburg dan Cottbus”
Syair diatas adalah gubahan dari sebuah nasyid yang dibawakan oleh saudara persaudaraan, dan bercerita tentang sebuah perjalanan malam antara Magdeburg dan cottbus. Ya,hampir setiap minggu malam suamiku harus balik lagi kecottbus. Adalah sebuah rutinitas sejak 2 tahun ini, sabtu siang tiba di Magdeburg dan harus balik lagi ahad jam 9 malam.Sampai di cottbus biasanya sudah senin dini hari.
Sebelumnya memang aku keberatan dengan kepindahanku ke Magdeburg ini.Padahal tadinya aku hanya ingin menemani study suamiku sampai selesai.Tapi bukanlah suamiku yang membiarkanku tanpa peningkatan wawasan maupun ilmu pengetahuan. Dan sejak diterimanya aku di fakultas kedokteran universitas Magdeburg, maka berarti sejak itu pulalah aku harus pindah meninggalkan cottbus dan membiarkan suamiku sendiri dalam hari-harinya. Hal itu bukanlah másalah baginya,katanya. Di tanah air nanti adalah waktunya beramal, disini waktu kita mencari ilmu dan pengalaman sebanyak-banyaknya, demikian suamiku selalu bilang untuk menyemangatiku manakala aku mengutarakan rasa bersalahku karena menyebabkan aku dan suamiku harus berpisah kota.Yah sekarang ternyata hampir 2 tahun, dan selama itu pulalah perjalanan cottbus Magdeburg dan Magdeburg-cottbus sudah menjadi agenda akhir pekan suamiku.
Kadangkala kerinduan untuk bersama seperti dulu mengusikku,yang tentu saja itu sedikit mengganggu konsentrasiku. Tapi kemudian kembali aku berpikir,bahwa suamiku telah berkorban harus bolak-balik perjalanan tiap sabtu dan minggu,kalau aku tidak serius belajar maka itu akan sangat membuat suamiku kecewa.
Suka duka dalam kondisi seperti ini kami nikmati sebagai romantika perjalanan hidup kami. Justru terkadang kondisi ini membuat kami selalu mesra karena mungkin tidak ada waktu yang ingin kami buang hanya untuk bersitegang.Tentunya sedikit riak perbedaan pendapat dan lain sebagainya tetap ada, tapi itu adalah bumbu sebuah perjalanan cinta.Walaupun kondisi kami terpisah seperti ini,alhamdulillah komunikasi diantara kami tetap lancar yang tentu saja membuat tagihan telpon tiap bulannya selalu diatas budget.Namun mungkin itu adalah cara kami untuk mengganti frekuensi intensitas pertemuan kami. Jangan sampai karena hendak menghemat pulsa telpon tapi justru membuat kami kehilangan kesempatan untuk berbagi,bercerita dan bercanda.Perjalanan tiap pekan pun tentunya membuat biaya transportasi cukup besar, namun perjuangan itu selalu butuh pengorbanan,demikian suamiku selalu bilang.
Alhamdulillah suamiku sering memanfaatkan waktu dijalan tersebut untuk memenuhi target tilawah hariannya,atau kadang menulis laporan yang harus dikerjakan. “padahal kalo di rumah belum tentu abang bisa menyelesaikan tulisan ini. Alhamdulillah justru di jalan malah bisa”, demikian cerita suamiku. Alhamdulillah,perjalanannya bukanlah perjalanan yang hanya dilewati dengan bengong, tidur ataupun ngobrol yang tidak bermanfaat,meskipun kalau kelelahan biasanya suamiku bisa istirahat memejamkan mata di bangku kereta.Untungnya lagi,kereta di jerman ini sangat kondusif bagi penumpangnya untuk membaca,belajar,mengetik di laptop,ataupun untuk istirahat.”Nyaman”,demikian yang bisa saya simpulkan.
Meskipun sangat ramai dan sedikit menyeramkan manakala harus satu gerbong ataupun satu kereta dengan pasukan supporter sepakbola. Mereka terkadang menyanyi dengan suara yang sangat keras, hampir satu kereta dipastikan bisa mendengarnya. Yel-yel yang mereka teriakkan dan botol-botol bir yang mereka bawa sampai berkrat-krat,adalah pemandangan biasa ketika musim kompetisi bola tiba.Alhamdulillah,sampai detik ini Alloh selalu memberi kemudahan suamiku melewati perjalanan malamnya. Meskipun aku selalu khawatir,karena sampai cottbus sudah dinihari.Dan cottbus adalah kota yang masih cukup banyak penduduknya yang masih belum menyukai ausländer/orang asing. Biasanya aku belum bisa memicingkan mataku sampai terdengar bunyi telpon dari suamiku yang mengabarkan dia sudah sampai dirumah dengan selamat. Sesudah itu,barulah aku bisa tidur dengan tenang.
Senin pagi,biasanya aku akan ekstra telpon pagi-pagi untuk membangunkan suamiku untuk sholat shubuh,karena biasanya karena terlalu lelah dan tidur dini hari bisa menyebabkan suamiku terlambat bangun.Alhamdulillah,aku selalu bersyukur pada Alloh yang telah menganugrahkan padaku seorang suami seperti suamiku. Tidak banyak yang ingin kuceritakan,karena semua itu biarlah hanya menjadi catatanku saja,yang tercatat rapi di kalbu ini. Akhirnya,semoga perjalanan-perjalanan malam suamiku bernilai ibadah dihadapan-Nya. Amin
Magdeburg,20.09.05
Dienstag, 1. Mai 2007
im Elbe Spazierengehen
Elbe in der nähe von uns ist so wundeschön. Wir gingen oft spazieren, um den spanennden Tag hinter uns zu entspannen.
Wenn wir die Stimme von den Vögel gehört haben, macht unsere seele wieder ruhig und ruhig.
Wenn wir die kleine Welle von Wasser angeschaut haben, macht unsere Augen wieder entspant.
Wir sind im Elbe spazierengegangen, damit wir wieder besser und ruhig sein werden.
Wenn wir die Stimme von den Vögel gehört haben, macht unsere seele wieder ruhig und ruhig.
Wenn wir die kleine Welle von Wasser angeschaut haben, macht unsere Augen wieder entspant.
Wir sind im Elbe spazierengegangen, damit wir wieder besser und ruhig sein werden.
Ist das wirklich?
Vielleicht wissen Sie nicht was ich meine,oder? Okay will ich alle sagen.
Na ja, die Leute,die in mein Heimat sind, denken dass wir alle,die hier in Ausland wohnen, viel Geld haben. Es war nicht falsch und zwar auch nicht richtig. Z.B wir. Am Anfang haben wir natürlich genug Geld um hier zu wohnen, weil wir noch Stipendium haben. Aber danach, nach dem Stipendium beendet und wir müssen noch hier ein paar Jahren bleiben, dann Sie können doch schätzen. Wir müssen von unseren Frunden dieses Geld bekommen,oder Ausleihen sozusagen.
Ausser Miete zu bezahlen und auch Versicherung, machen wir so sparsam wie möglich unsere Lebensmittel zu kaufen. Kaufen wir was am wichtigsten und am billigsten.
Was denken Sie über unsere Ausgeliehenen Geld? Ach, was sollen wir sagen?
Wir hoffen nur, dass wir dieses Geld schnell wie möglich zurück zahlen können.
Wir hoffen an die Hilfe von Alloh, der immer für uns da ist.
Na ja, die Leute,die in mein Heimat sind, denken dass wir alle,die hier in Ausland wohnen, viel Geld haben. Es war nicht falsch und zwar auch nicht richtig. Z.B wir. Am Anfang haben wir natürlich genug Geld um hier zu wohnen, weil wir noch Stipendium haben. Aber danach, nach dem Stipendium beendet und wir müssen noch hier ein paar Jahren bleiben, dann Sie können doch schätzen. Wir müssen von unseren Frunden dieses Geld bekommen,oder Ausleihen sozusagen.
Ausser Miete zu bezahlen und auch Versicherung, machen wir so sparsam wie möglich unsere Lebensmittel zu kaufen. Kaufen wir was am wichtigsten und am billigsten.
Was denken Sie über unsere Ausgeliehenen Geld? Ach, was sollen wir sagen?
Wir hoffen nur, dass wir dieses Geld schnell wie möglich zurück zahlen können.
Wir hoffen an die Hilfe von Alloh, der immer für uns da ist.
Sonntag, 1. April 2007
Mein Mann
Hier steht mein Mann .
Nach der Verteidigung am 17.01.2007.
Obwohl für uns nicht so einfach war, aber mit Hilfe von Alloh war alles gut gelaufen wie wir gewüscht haben.
"Endlich ist es fertig", hat mein Mann gesagt.
Tja, wenn wir unsere letzte Tage errinern, wir können einfach nicht glauben. Wir haben kein Platz dort wobei wir alles vorbereiten können und haben auch keine indonesische Bekannte,die uns helfen kann. Alhamdulillah, Bruderschaft hat keine begrenzt. Wir haben Bruder von Ghana, von Yaman usw, mit denen wir in der Mosche getroffen und befreundet haben.
Alloh kann alles machen/tun was er will.
Meine Familie
Alhamdulillah...seit 05.02.1999 bin ich nicht mehr alleine. Es gibt ein netter guter man bei mir. Alloh gibt mir was ich gewünscht habe, ein Mann, mit dem ich mein Leben verbringen will.
Bis jetzt, d.H schon 8 Jahren wir sind zusammen. Schlechte und gute Zeit haben wir zusammen erlebt. Aber Alhamdulillah Alloh gibt uns immer die Besten. Obwohl nicht immer schön und gleich ist, aber mit Hilfe von Alloh könnten wir zusammen löschen was bei uns betroffen.
Für die nächste Zükunft, brauchen wir natürlich immer seine Hilfe. Damit wir bestehen können was bei uns passieren.
Insyaalloh.
Bis jetzt, d.H schon 8 Jahren wir sind zusammen. Schlechte und gute Zeit haben wir zusammen erlebt. Aber Alhamdulillah Alloh gibt uns immer die Besten. Obwohl nicht immer schön und gleich ist, aber mit Hilfe von Alloh könnten wir zusammen löschen was bei uns betroffen.
Für die nächste Zükunft, brauchen wir natürlich immer seine Hilfe. Damit wir bestehen können was bei uns passieren.
Insyaalloh.
Abonnieren
Posts (Atom)